APA SIIH JAJANAN SEHAT DAN TAK SEHAT?
Sebenarnya, apa
sih yang dimaksud dengan jajanan tak sehat itu? Apa iya jajanan tak sehat hanya
melulu ditudingkan pada jajanan kaki lima yang kebanyakan diproduksi oleh
tenaga-tenaga yang kurang memiliki pengetahuan cukup soal seluk-beluk komposisi
makanan sehat bergizi dan kebersihan? Padahal mereka adalah ibu-ibu rumah
tangga yang ingin membantu suami menambah penghasilan dan para lelaki yang tak
beruntung mendapatkan status lain kecuali sebagai pedagang emperan. Kalau kata
orang Medan, pedagang ecek-ecek.
Jajanan sehat dan
jajanan tak sehat sebenarnya tak gampang dikenali hanya berdasarkan lokasi.
Kantin yang resmi dikelola dan dipantau oleh pihak sekolah maupun perusahaan,
tetap memiliki peluang yang sama untuk dicemari jajanan tak sehat. Tak adanya
pembinaan dan pemantauan yang kontinyu akan memudahkan jajanan tak sehat mampir
ke lidah anak-anak, bahkan kita yang orang dewasa. Begitu juga dalam acara
arisan, pengajian, rapat dan pertemuan-pertemuan resmi. Tetap saja kemungkinan
itu ada. Meski tak sebesar jajanan pinggir jalan, yang dari sisi penyajiannya
saja sudah tak sehat. Diletakkan di tempat terbuka, mengundang lalat dan
serangga lainnya, juga debu, asap knalpot dan sebagainya.
Lantas,
seperti apa sih jajanan sehat itu?
Menurut
pakar-pakar kesehatan, semestinya jajanan untuk anak itu memiliki komposisi
gizi yang baik dan berimbang. Selain juga tak mengandung bahan pengawet,
pewarna buatan dan bahan tambahan yang tak diperlukan, misalnya; perasa instan.
Masih ditambah dengan kebersihan dalam proses pengolahan dan kebersihan bahan.
Banyak, kan?
Terus, bagaimana
cara menjaminnya? Apa iya jajanan yang dijual di swalayan atau yang
digembar-gemborkan dalam tayangan iklan di televisi dan media cetak benar-benar
sudah memperhatikan takaran jajanan sehat itu? Belum tentu. Iklan jajanan
terkadang malah menampilkan makanan tak penting yang jauh dari sehat, seperti
permen beraneka warna yang jejak warnanya melekat lama di lidah anak.
Toh, kita tak
mungkin juga senantiasa hidup dalam kecurigaan tingkat dewa dan memberlakukan
rambu-rambu stop jajan di segala lini untuk anak-anak. Yang ada anak-anak malah
akan melakukan unjuk rasa mogok makan. Hadeeuuh..
Memperkenalkan
anak pada jajanan sehat dan ciri-cirinya jauh lebih penting daripada
menceramahi mereka untuk hidup sehat tanpa jajan. Karena walaupun emaknya di
rumah jago masak dan setiap hari membuatkan beragam camilan sehat, yang namanya
anak-anak tetap saja ingin jajan seperti teman-temannya. Apalagi kalau jajanan
itu diiming-imingi dengan hadiah mainan, bahkan uang seribu dua ribu dalam
kemasan. Siapa yang tak mau? Emaknya juga ngiler.. Tak dikasih uang jajan sama
emak, minta sama bapak. Tak dapat dari keduanya, minta ke nenek, paman, tante,
bahkan tetangga.
Ciri-ciri jajanan
sehat antara lain disebutkan dalam berbagai artikel kesehatan, jajanan yang tak
memiliki warna mencolok, manis-asam-gurih berlebihan, dikemas dalam kemasan
plastik yang aman ( bahan polyethylene (PE) dan polypropilene (PP) yang
berwarna bening/tidak keruh) dan memiliki izin dari BPOM. Perhatikan pula
komposisi kandungan bahannya. Untuk kebersihan pengolahan bahan
sudah barang tentu
tak bisa dilihat langsung. Tapi menurut saya, salah satu penjaminnya adalah
identitas produsen jajanan, lengkap dengan alamatnya. Ini akan memudahkan
penelusuran sejauhmana keamanan produk yang mereka hasilkan.
Tak Hanya
Makanan Kemasan
Siapa bilang
makanan kemasan saja atau jajanan pasar di emperan yang patut diwaspadai?
Temuan BPOM yang diungkap belum lama ini justru menyebutkan, minuman es yang
dijual di sekolah-sekolah menjadi penyuplai bakteri dan mikroba terbesar
dibanding makanan. Umumnya
disebabkan kondisi air yang digunakan untuk pembuatan es kurang steril dan juga
bongkah es yang tak diperuntukkan bagi konsumsi tubuh. Es-es balok untuk
pendingin ikan, misalnya, yang berpindah dari satu tangan ke banyak tangan
lainnya, sekarang banyak dipakai langsung oleh para penjual minuman.
Menyedihkan,
bukan? Berarti cukup banyak hal yang menyebabkan makanan/minuman yang dijual
sebagai jajanan anak itu, tidak benar-benar dalam kondisi bersih dan
menyehatkan.
Membawa bekal dan
sejumlah antisipasi diatas tentu saja harus selalu dilakukan. Namun yang paling
penting adalah peran pihak sekolah untuk mengatur, membina dan mengawasi
lalu-lintas jajanan di wilayahnya. Bisa juga dengan melakukan beberapa
kebijakan yang diterapkan beberapa sekolah dasar, seperti; menitipkan uang
jajan anak kepada guru dan melibatkan guru untuk ikut memilih dan mendampingi
anak saat jajan (biasanya ini diberlakukan sekolah swasta unggul) dan
memperhatikan menu bekal yang dibawa anak dari rumah. Bekal setiap hari tapi
kalau terus-terusan mi instant dan makanan siap saji yang dibekukan
berbulan-bulan, tetap saja tak sehat namanya.
Yuk, kita
kampanyekan gerakan jajanan sehat di sekolah, lingkungan perumahan bahkan
lingkungan kerja. Agar para penjual makanan itu juga diajarkan untuk lebih
bertanggung jawab atas pilihan mata pencahariannya.
http://www.artikeljajanansehat.co
0 komentar
Posting Komentar